Menanti Sekuel Anti-Hero Jose Mourinho




 
Kris Fathoni W. Jose Mourinho, yang kini sedang lowong dan santer dikaitkan dengan Manchester United, adalah manajer jempolan merujuk pada trofi-trofi yang pernah diraihnya. Tapi tingkah-polahnya acapkali membuatnya sulit dikategorikan sebagai sosok ideal layaknya seorang pahlawan yang bisa jadi panutan. Mourinho sepertinya tepat dilabeli anti-hero.

Nama Mourinho terus menghiasi pekan-pekan terakhir bulan Februari, seiring dengan semakin santernya ia dikaitkan dengan Red Devils. Padahal baru Desember lalu ia kehilangan pekerjaan di Chelsea, yang dibawanya sampai mendekati zona merah.

Dalam karier kepelatihannya sebagai pelatih kepala, yang baru dimulai pada tahun 2000 di Benfica, Mourinho sejauh ini sudah mempersembahkan tidak kurang dari 22 trofi, termasuk delapan titel domestik, dua trofi Liga Champions, dan satu Piala UEFA, untuk klub-klub yang pernah ia tangani. Pria Portugal 53 tahun itu juga mampu menjuarai liga di empat negara berbeda (Porto di Portugal, Chelsea di Inggris, Inter Milan di Italia, dan Real Madrid di Spanyol).

Mourinho juga dikenal dekat dengan sejumlah pemain yang pernah ia latih dan tidak segan-segan pasang badan untuk melindungi mereka, terkadang dengan komentar-komentar menggelitik pengalih perhatian. Ia juga memiliki karisma tersendiri dengan para suporter--tentu tidak banyak manajer yang memilih untuk melempar medali kemenangan pada kerumunan suporter di stadion (bahkan sampai dua kali!).

"Anti-hero, sesosok tokoh yang secara mencolok memiliki kekurangan dalam hal kualitas-kualitas heroik." ~ Kamus Merriam-Webster.

Di sisi lain dari pencapaiannya tersebut, Mourinho acapkali dijadikan sosok antagonis di klub-klub yang pernah ia tangani akibat segala tindak-tanduknya di dalam dan luar lapangan.

Tanya saja Anders Frisk yang harus pensiun pada 2005 usai dituduh Mourinho main mata dengan Frank Rijkaard -- yang membuat mantan wasit itu dan keluarganya mendapat ancaman mati dari suporter, juga wasit-wasit lain yang kinerjanya pernah ia keluhkan usai sebuah pertandingan. Atau Eva Carneiro yang tahun lalu secara kontroversial kehilangan pekerjaan sebagai dokter tim Chelsea.



Daftar makin panjang jika mengikutsertakan mendiang Tito Vilanova yang semasa menjadi asisten pelatih di Barcelona matanya pernah dicolok Mourinho, Arsene Wenger yang pernah disebutnya "spesialis kegagalan", atau Rafael Benitez yang beberapa kali jadi ia jadikan bulan-bulanan ejekan dan sindiran.

"Ketika saya ke konferensi pers sebelum pertandingan, dalam benak saya permainan sudah dimulai." ~ Mourinho mengenai gayanya.

Gaya main yang ia terapkan untuk tim-timya pun tidak lepas dari tatapan miring. Kalau Johan Cruyff bisa dianggap sebagai salah satu pionir sepakbola modern nan ofensif, Carlo Ancelotti mengembangkan skema 'Pohon Natal' dengan indahnya di AC Milan, Pep Guardiola bisa menerapkan fleksibilitas di Barcelona dan Bayern Munich guna mendatangkan piala, Mourinho malah ditunjuk sebagai supir yang suka memarkir bus di depan gawang timnya sendiri agar tak kebobolan, menghadirkan pengalaman menonton yang membosankan untuk kalangan netral.

Ditambah dengan komentar-komentarnya yang seringkali dinilai narsistik atau arogan, seperti melabeli diri sendiri sebagai "Sosok Spesial" -- The Special One, jadilah Mourinho sulit dikategorikan sebagai sosok yang punya kriteria umum nilai-nilai kepahlawanan dan keteladanan, seperti baik hati, jujur, lagi tidak sombong.

"Saya adalah Jose Mourinho dan saya tidak akan berubah. Saya datang dengan seluruh kelebihan dan kekurangan saya." ~ Mourinho tahun 2010.

Perkara ucapan-ucapan itu pada dasarnya juga membuat Mourinho jadi sosok yang unik. Kata-katanya boleh jadi terkesan super pede sampai membuat Anda geleng-geleng kepala sendiri, tapi kali lain ucapannya sangat mungkin membuat Anda setidaknya tersenyum simpul. Ingat-ingat saja analoginya bahwa pemain muda yang bagus itu seperti melon yang siap dipanen, atau ketika menyamakan Chelsea sebagai kuda kecil dalam persaingan gelar juara Premier League di tahun 2014.

Seberapa idealnya Mourinho sebagai seorang manajer dapat memunculkan perdebatan sendiri. Satu hal yang pasti, ia punya CV menawan, karisma, dan mampu memberi warna. Permainan defensif timnya mungkin membosankan, tapi apa yang keluar dari mulutnya nyaris tak pernah menjemukan. Itu mengapa tak sedikit yang sudah menunggu-tunggu dirinya melatih lagi. Bulan lalu mantan pemain MU David Beckham pun dengan lugas menyatakan harapan terkait hal itu -- entah terlepas atau berkaitan dengan rumor yang beredar belakangan ini.

"Saya tidak mencari pekerjaan. Pekerjaan yang mencari saya." ~ Mourinho Februari tahun ini.

MU, yang biasa dimanjakan dengan gelar juara di bawah arahan Sir Alex Ferguson, boleh jadi sudah sedemikian tidak tahan berjauhan dengan piala-piala untuk mengisi lagi lemari koleksi.

Jika bicara tentang meraih trofi secepat-cepatnya maka Mourinho adalah jagonya; di musim pertama menangani Porto ia juara Piala Portugal, pada musim pembuka periode awal di Chelsea ia menjuarai Piala Liga Inggris dan Premier League, pada musim perdana di Inter Milan ia menjuarai Piala Super Italia dan Serie A, juga ada Copa del Rey yang menandai musim pertamanya dengan Real Madrid. Cuma di Chelsea pada periode kedua saja Mourinho gagal melewati musim pertama dengan gelar -- walaupun kemudian menandai musim keduanya dengan titel Premier League dan Piala Liga Inggris.

"Anda harus menang dan secara khusus, seperti yang sudah saya lakukan, mesti meraih sebuah trofi pada kesempatan pertama." ~ Mourinho mengenai filosofi.

Akan tetapi, jika bicara mengenai keberlangsungan di sebuah tim, maka Mourinho sejauh ini belum memiliki rekam jejak meyakinkan. Belum pernah sekali pun ia bertahan di satu klub selama empat musim penuh dalam satu periode.



Dari konteks tersebut maka mendatangkan Mourinho tidak bedanya seperti merekrut seorang serdadu bayaran alias mercenary; seseorang yang amat lihai untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan efektif dan efisien, tapi ia tak punya urusan lain terkecuali menuntaskan tugas tunggal itu (baca: meraih trofi). Ia akan mendatangkan trofi meski tak ada jaminan ia akan awet bertahan -- setidaknya sejauh ini.

"Kalau sebuah klub memecat saya karena hasil-hasil buruk itu merupakan bagian dari permainan. Jika itu terjadi maka saya akan jadi jutawan dan mendapat klub baru lagi beberapa bulan kemudian." ~ Mourinho soal ancaman pemecatan.

Mourinho adalah satu paket lengkap berisikan macam-macam hal tergantung dari perspektif apa Anda memandangnya. Ia bisa jadi sosok yang menggelitik, karismatik, dan piawai meracik taktik. Ia juga bisa jadi sosok arogan, tukang umbar bualan, dan super mengesalkan.

Jika ia merupakan seorang sosok fiktif maka Mourinho mungkin pantas jadi Deadpool, tokoh komik anti-hero Marvel yang dalam filmnya baru-baru ini dicitrakan amat gemar dar-der-dor, ekstra bawel, nyinyir, dan sama sekali jauh dari kepantasan seorang pahlawan teladan bergaya "boy scout hero" macam Captain America atau Superman.

Tapi gayanya yang beda itu juga menjadi daya tarik tersendiri. Film Deadpool, yang mulai rilis Februari lalu, sejauh ini menjadi film tahun 2016 dengan pendapatan kotor terbesar--675,1 juta dolar AS menurut boxofficemojo.com per 4-6 Maret. Barisan pemain United juga menjadi bagian dari pemasaran film itu, dengan Wayne Rooney cs dikisahkan bahu-membahu dengan Deadpool di atas lapangan sepakbola.



Meledaknya film Deadpool itu turut membuat sosok yang saking bawelnya punya julukan "Mercenary with a Mouth" tersebut sudah dipastikan bakal beraksi lagi lewat sebuah sekuel. Nah, berbeda dengan kisah Deadpool si mercenary bawel, sejauh ini belum ada konfirmasi mengenai sekuel kisah Mourinho the Special One yang pintar berkata-kata. Nyaris pasti sekuel-sekuel itu, film Deadpool untuk penggemar film dan kembali berkiprahnya Mourinho buat penggemar sepakbola, bakal dinantikan karena warna beda yang mereka bawa.

"Lupakan segala mind games darinya -- saya suka dengannya. Saya pikir ia melihat dirinya sebagai seorang penembak ulung muda yang datang ke sebuah kota untuk menantang si sheriff yang sudah lama berkuasa. Ia sudah pasti penuh dengan kata-kata, memanggil saya 'bos' dan 'pria besar' ketika kami minum-minum usai pertandingan." ~ Sir Alex Ferguson tentang Mourinho.




====

* Penulis adalah wartawan detikSport, pemilik akun twitter @kris_fw



(a2s/krs)

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Menanti Sekuel Anti-Hero Jose Mourinho "

Posting Komentar